Makna Persahabatan Dibalik Lagu Sind3ntosca - Kepompong

INIRUMAHPINTAR - Entah kenapa saya begitu bersemangat ingin mereview dan menyelami makna terdalam lirik lagu Sind3ntosca yang berjudul Kepompong. Saya kemudian mencarinya di YouTube dan lagunya ternyata masih ada. Kirain udah hilang tertelan lagu-lagu alay, kurang mendidik, dan baper. Alhamdulillah, saatnya bernostalgia. Walau video clip-nya sangat sederhana, isi dan makna lagunya sangat luar biasa dan berkelas. Benar-benar lagu idaman. Temanya persahabatan, dunia muda-mudi, dan mengandung pesan moral.

Jarang-jarang ada lagu mirip ini. Bahkan, berdasarkan aku, Sind3ntosca yaitu satu-satunya pemusik pencetus bergaya kekinian yang punya roh dan abjad lagu-lagu bernuansa positif, inspiratif, dan membangun. Sangat cocok untuk kampanye memperbaiki generasi yang kian digerus zaman dan gaya hidup anti-norma. Sayang, pamornya kurang bersinar di belantika musik Indonesia meski dulu pernah sangat hits. Semoga goresan pena saya ini menjadi salah satu penyemangat bagi Kang Jalu cs untuk terus berkarya. Karena saya yakin, kelak warna musik dengan lirik dan aransemen khas Sind3ntosca akan kembali naik tahta.


Mari kita menyingkap tabir dan makna dibalik lagu Sind3ntosca - Kepompong dalam review berikut ini:

# Review Bait 1


Di bait pertama, sang pengarang menceritakan kisah persahabatannya yang dulu begitu hangat, erat, dan tak terpisahkan. Disimbolkan mirip kehangatan sinar mentari. Sinar yang selalu tiba menghampiri di pagi hari. Menerangi dunia dan mempersembahkan kehidupan bagi umat insan dan alam semesta.

Persahabatan mereka pun diibaratkan mirip ulat yang bakal menjadi kupu-kupu. Melalui proses panjang hingga kemudian bermetamorfosis menjadi sebuah ikatan persaudaraan yang begitu indah dan sulit terpisahkan.

Saya dapat membayangkan kisah-kisah persahabatan mirip ini khusus ada di dingklik sekolah, lebih tepatnya di Sekolah Menengah Atas. Hal itu dikarenakan, momentum tersebut yaitu masa-masa peralihan mencari jati diri. Termasuk menemukan sobat sejati, yang mau bersama dalam suka dan duka.

Saya yakin sobat pembaca juga punya sobat sejati. Bagaimana kedekatan kalian? Pasti mirip sinar mentari dan mirip ulat yang berharap jadi kupu-kupu juga bukan?

# Review Bait 2, 3, dan 4


Di bait ke-2, sang pengarang menyadari bahwa sekarang persahabatannya tidak lagi seerat dahulu. Ia dan sahabatnya sudah berjauhan, tidak sering lagi bercerita dan berkumpul bersama. Tentu banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Namun, di baris 2 dan 3 yang terletak di bait ke-2, sepertinya ia menentukan menyalahkan dirinya. Ia merasa bahwa penyebab kerenggangan persahabatan tersebut alasannya ia sudah bertingkah kejauhan.

Namun demikian, saya justru melihatnya tidak sama. Sang pengarang di posisi ini tidak sepenuhnya salah. Mungkin ia khusus menegur atau menasehati demi kebaikan sahabatnya. Bukankah sobat sejati itu memang seharusnya saling melengkapi dan menasehati biar terus berjalan di track yang sama-sama membahagiakan, bukan saling menjatuhkan. Sayangnya, sang sobat kemungkinan memaknai teguran tersebut terlalu jauh. Singkatnya, ada kesalahpahaman di antara mereka.

Di bait ke-2 dan ke-3, sang pengarang tidak menanggapi negatif perilaku sahabatnya. Ia merasa kerenggangan persahabatannya tersebut sebagai proses. Bagaikan kepompong dimana ulat menjadi kupu-kupu. Mungkin perbedaan di antara mereka yaitu tahapan untuk saling mendewasakan. Sekaligus momen untuk menenangkan diri dan saling introspeksi diri. Dan ada waktunya nanti, semua saling menyadari.

Yah, memang tidak mengherankan. Setiap orang mempunyai abjad tidak sama-beda. Begitupun dalam dunia persahabatan. Darah muda yang sama-sama menggelora terkadang sulit dipadamkan di dikala bersamaan. Perlu ada kesadaran untuk mencar ilmu menyerah dan berkorban demi langgengnya persahabatan.

# Review Bait 5 dan 6


Di bait 5, sepertinya sang pengarang mengajarkan kita ihwal makna terdalam dari sebuah persahabatan. Walaupun ada perbedaan, saling jauh-jauhan, atau hingga melaksanakan hal berlebihan, sobat terbaik itu tidak pernah menaruh dendam.

Yang berlalu biarlah berlalu. Siang berganti malam, mentari pun pergi kemudian tiba lagi esok hari. Kesalahan di masa lalu, ke-egoisan di masa silam pun akan bermetamorfosis menjadi kerinduan di masa akan datang. Begitulah persahabatan. Sampai kapan pun, ikatannya tidak akan terputus meski jarak sudah memisahkan. Hanya saja, mungkin suasana dan aromanya sedikit tidak sama. Tinggal bagaimana cara para sobat sejati itu menyikapi dan saling menjaga silaturahmi. Salah satunya dengan mengadakan reuni di waktu-waktu tertentu.

Ketika menulis review ini, saya merasa kembali ke dunia masa lalu, bersama sahabat-sahabat sejati. Namun, benar mirip lagu ini. Kini, kita semua sudah berjauh-jauhan. Telah menetap di sarang masing-masing. Mengejar mimpi dan merangkai jejak di bagian bumi tidak sama.

Setidaknya, kita masih saling mengingat. Oleh alasannya itu, teruntuk sahabatmu, ijan lupa luangkan waktu menelepon mereka. Sapalah dan rekatkan kembali persahabatan meski dengan komunikasi jarak jauh. Jika tidak sanggup, tiada daya dan upaya. Atau kau aib alasannya mereka sudah bertahta di istana mewah, di singgasana yang tinggi. Maka, selemah-lemahnya ingatan yaitu saling mendoakan, doakan semoga tetap sehat, keluarga bahagia, rezeki berkah, dan hidup senantiasa berjaya di dunia maupun di akhirat.

Jika sobat tertarik ikut bernostalgia dengan persahabatan di masa silam, dengarkan lagu di video berikut ini! Semoga gak baper ya! ehehhee....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan, Unsur, Fungsi, Pola Lengkap - Iklan, Slogan, Poster

Cara Dan Metode Melaksanakan Teknik Pukulan, Elakan, Dan Tangkisan Dalam Pencak Silat