Malaysia Lolos Ke Final, Indonesia Membanggakan
INIRUMAHPINTAR - Laga semifinal Sea Games 2018 yang mempertemukan Indonesia kontra Malaysia berakhir sudah. Indonesia harus mengakui kekalahan atas tuan rumah dengan skor tipis 0:1. melalui atau bersama ini hasil ini, pupus sudah harapan Indonesia untuk menyumbangkan emas dari ajang sepakbola.
Sesudah bermain selama 90 menit, para punggawa timnas u-22 Indonesia tidak juga bisa mencetak gol ke gawang Malaysia padahal sejumlah peluang berhasil tercipta. Terutama di babak pertama, Malaysia benar-benar dalam tekanan. Indonesia sangat bebas melaksanakan serangan demi serangan dari banyak sekali arah. Evan Dimas seakan mengurung permainan Malaysia di sisi tengah.
Sedikit tidak sama dengan babak 1, di paruh ke-2 Malaysia sudah berani bermain melebar dan seringkali melepaskan crossing ke kotak penalti. Sejumlah peluang dari sepak pojok pun acap kali tercipta. Hasilnya, 3 menit menjelang peluit panjang berbunyi, gol sundulan Thanabalan mengubur keinginan Indonesia ke babak final untuk ke sekian kalinya.
Sementara Ezra yang juga memperoleh beberapa peluang emas terlihat sulit melepaskan tendangan ke arah gawang Malaysia. Bahkan setelah ia digantikan oleh Saddil Ramdani, Indonesia mulai kehilangan sosok penyerang di lini depan. Yabes yang diberi kepercayaan di posisi tersebut bermain kurang meyakinkan dan berkali-kali kehilangan bola dengan mudah.
Laga pun usai dan Indonesia kalah terhormat dengan skor tipis 0:1 dari tim tuan rumah, Malaysia.
Seluruh pemain timnas U-22 Indonesia tersungkur berbarengan ketika wasit meniupkan peluit tanda berakhirnya babak kedua. Mereka linglung penuh kekecewaaan. Bahkan tidak sedikit punggawa garuda muda yang meneteskan air mata kesedihan. Terlihat Saddil Ramdani begitu menyesali kekalahan ini.
Evan Dimas sendiri tampak bertukar kaos dengan salah satu pemain Malaysia. Itulah membuktikan belum dewasa asuh Luis Milla semakin berakal balig cukup akal menghadapi kekalahan. Mereka kalah tetapi tetap berbesar hati. Kami sebagai pencipta bola tanah air pun dibuatnya bangga.
Kalah menang ialah dua hal yang memang semestinya siap diterima di tamat sebuah pertandingan. Saya melihat itu sudah hadir di sanubari timnas U-22 Indonesia malam ini (26/8/2018). Mereka memang tidak lolos ke fase final, tetapi perjuangan dan permainan mereka yang attractive tidak mengecewakan. Publik Indonesia sangat terhibur.
Hal menarik dan unik lainnya yaitu wasit yang memimpin pertandingan antara Indonesia versus Malaysia sukses menjalankan kiprah dengan profesional. Ia termasuk pengadil yang lunak dan bijak. Tidak ada satu pun pelanggaran yang berbuah kartu kuning dan merah.
Lagi pula kita belum memainkan Hansamu di lini belakang alasannya ialah akumulasi kartu sebagai buah pelanggaran yang semestinya tidak perlu ia lakukan di laga sebelumnya. Dari sinilah, Luis Milla wajib lebih bersabar mendidik anak asuhnya untuk bermain berakal balig cukup akal dan menghindari pelanggaran-pelanggaran yang tidak perlu. Biarlah wasit yang bekerja.
Sesudah bermain selama 90 menit, para punggawa timnas u-22 Indonesia tidak juga bisa mencetak gol ke gawang Malaysia padahal sejumlah peluang berhasil tercipta. Terutama di babak pertama, Malaysia benar-benar dalam tekanan. Indonesia sangat bebas melaksanakan serangan demi serangan dari banyak sekali arah. Evan Dimas seakan mengurung permainan Malaysia di sisi tengah.
Sedikit tidak sama dengan babak 1, di paruh ke-2 Malaysia sudah berani bermain melebar dan seringkali melepaskan crossing ke kotak penalti. Sejumlah peluang dari sepak pojok pun acap kali tercipta. Hasilnya, 3 menit menjelang peluit panjang berbunyi, gol sundulan Thanabalan mengubur keinginan Indonesia ke babak final untuk ke sekian kalinya.
Sementara Ezra yang juga memperoleh beberapa peluang emas terlihat sulit melepaskan tendangan ke arah gawang Malaysia. Bahkan setelah ia digantikan oleh Saddil Ramdani, Indonesia mulai kehilangan sosok penyerang di lini depan. Yabes yang diberi kepercayaan di posisi tersebut bermain kurang meyakinkan dan berkali-kali kehilangan bola dengan mudah.
Laga pun usai dan Indonesia kalah terhormat dengan skor tipis 0:1 dari tim tuan rumah, Malaysia.
Hasil ini mungkin tidak sama andai di babak suplemen waktu terjadi penalti
Satu menit sebelum extra time habis, Osvaldo Haay sempat dilanggar di kotak penalti. Sayangnya, wasit tidak menganggapnya sebagai pelanggaran. Hasilnya, Indonesia tidak mempunyai satu pun peluang emas setelah gol Malaysia tercipta. Yah, drama sepak bola memang sulit ditebak. Dan malam ini, keberuntungan milik timnas Malaysia.
Apa yang terjadi setelah peluit panjang berbunyi?
Seluruh pemain timnas U-22 Indonesia tersungkur berbarengan ketika wasit meniupkan peluit tanda berakhirnya babak kedua. Mereka linglung penuh kekecewaaan. Bahkan tidak sedikit punggawa garuda muda yang meneteskan air mata kesedihan. Terlihat Saddil Ramdani begitu menyesali kekalahan ini.Ada insiden menarik dan unik setelah babak ke-2 usai
Ketika para pemain Malaysia beserta official merayakan kemenangan, ada sebagian pemain Malaysia yang ikut menghibur para pemain timnas Indonesia di lapangan. Saya melihatnya sebagai bentuk fair play dan toleransi antara dua negara besar yang memang sepatutnya menjaga jalinan persahabatan.Evan Dimas sendiri tampak bertukar kaos dengan salah satu pemain Malaysia. Itulah membuktikan belum dewasa asuh Luis Milla semakin berakal balig cukup akal menghadapi kekalahan. Mereka kalah tetapi tetap berbesar hati. Kami sebagai pencipta bola tanah air pun dibuatnya bangga.
Kalah menang ialah dua hal yang memang semestinya siap diterima di tamat sebuah pertandingan. Saya melihat itu sudah hadir di sanubari timnas U-22 Indonesia malam ini (26/8/2018). Mereka memang tidak lolos ke fase final, tetapi perjuangan dan permainan mereka yang attractive tidak mengecewakan. Publik Indonesia sangat terhibur.
Hal menarik dan unik lainnya yaitu wasit yang memimpin pertandingan antara Indonesia versus Malaysia sukses menjalankan kiprah dengan profesional. Ia termasuk pengadil yang lunak dan bijak. Tidak ada satu pun pelanggaran yang berbuah kartu kuning dan merah.
Apresiasi dan ilham kecil untuk Luis Milla
Saya bersama-sama tidak mempunyai kapasitas untuk mengajari instruktur sekelas Luis Milla. Oleh alasannya ialah itu, saya tidak ingin mencampuri bagaimana ia meracik timnas Garuda Muda Indonesia. Saya malah sangat mengapresiasi dan menyukai caranya mendidik Evan Dimas dkk. Saya khusus ingin sedikit mempersembahkan usulan. Jika memungkinkan, untuk perhelatan sepak bola selanjutnya, rekrutlah satu atau dua penyerang suplemen untuk melapis Marinus dan Ezra. Saya melihat malam ini, kita kehilangan sosok penyerang di tamat babak kedua. Andai saja ada pemain pengganti sekelas Muchlis Hadi Ning Syaifulloh di jajaran pemain Timnas U-22 Indonesia, kemungkinan hasil akan tidak sama.Lagi pula kita belum memainkan Hansamu di lini belakang alasannya ialah akumulasi kartu sebagai buah pelanggaran yang semestinya tidak perlu ia lakukan di laga sebelumnya. Dari sinilah, Luis Milla wajib lebih bersabar mendidik anak asuhnya untuk bermain berakal balig cukup akal dan menghindari pelanggaran-pelanggaran yang tidak perlu. Biarlah wasit yang bekerja.
Komentar
Posting Komentar